Rabu, 19 Desember 2012

Truk Maut


Hari itu aku pulang kuliah lebih awal. Halte tempat aku menunggu bus terlihat sepi, tidak seperti hari biasanya. Di tengah lamunanku, tiba-tiba saja terdengar suara bedebum yang sangat keras. Menandakan yang jatuh itu bukan benda kecil. Aku pun mendekat bersama orang-orang yang juga penasaran menuju ke sumber suara.
Aaaaaaaaaaaaaargh... teriakku saat seorang kakek terjebak di bawah himpitan truk yang terguling. Anganku seketika melayang pada sebuah peristiwa tepat setahun yang lalu. Di mana aku harus mengalami kecelakaan yang mengakibatkan tanganku retak. Dan itu semua disebabkan oleh truk. Semenjak peristiwa itu aku menjadi trauma dan sangat membenci truk. Bahkan aku hampir parno jika harus menginjakkan kaki ke jalan raya. Baiklah, kita kembali lagi pada kakek tadi. Melihat keadaan itu sontak perutku mual dan kepalaku pening. Setelah itu semua menjadi gelap. Aku tak sadarkan diri.
Saat aku terjaga, mataku langsung menangkap dinding putih. Hidungku  rasanya penuh bau seperti obat. Ya, aku sadar jika aku di rumah sakit. Sekian detik aku lupa sebab mengapa aku bisa di situ. Sampai seorang kakek yang sepertinya menungguku sadar sedari tadi menyapaku.
Nduk, sudah sadar? tanyanya. Aku menjawabnya dengan senyum. Aku masih lemas dan pusing sehingga untuk bicara saja seakan tak mampu. Aku mencoba me-replay apa yang terjadi tadi. namun belum sempat aku menemukan jawabannya, semua kembali gelap. Lagi-lagi aku tak sadarkan diri.
Di alam bawah sadarku, aku merasa terkoyak. Rasanya tubuhku sakit sekali. Ups, tunggu. Apa ini? Di dawah sana terlihat lautan darah. Lama kelamaan semakin meluap. Merayap naik dari ujung kaki dan kini sudah sampai pinggang. Baunya anyir. Aku tak tahan dan berenang berusaha menyelamatkan diri. Namun tak ada seorang pun selain aku. Apa yang sebenarnya terjadi?
Di sudut sana terlihat seberkas cahaya. Mati-matian aku berenang menuju ke sana. Uh, darah itu sudah sampai telinga. Entah berapa mili yang tak sengaja ku telan. Rasanya sungguh tak enak. Akhirnya semeter lagi sampai. Namun yang membuat kaki-kakiku tiba-tiba kaku dan tak sanggup melanjutkan berenang adalah saat seorang kakek di sudut terang tadi adalah kakek yang kutemui di rumah sakit tersenyum dan berkata, Selamat datang Lulu. Selamat datang di batas ajalmu.
Seketika rekaman kejadian itu muncul. Dan ternyata tak hanya kakek itu yang menjadi korban. Tapi juga aku.



Kode Smiley Untuk Komentar


:a   :b   :c   :d   :e   :f   :g   :h   :i   :j   :k   :l   :m  

0 komentar:

Posting Komentar