Hari itu aku pulang kuliah lebih awal.
Halte tempat aku menunggu bus terlihat sepi, tidak seperti hari biasanya. Di
tengah lamunanku, tiba-tiba saja terdengar suara bedebum yang sangat keras.
Menandakan yang jatuh itu bukan benda kecil. Aku pun mendekat bersama
orang-orang yang juga penasaran menuju ke sumber suara.
“Aaaaaaaaaaaaaargh...” teriakku saat seorang kakek terjebak
di bawah himpitan truk yang terguling. Anganku seketika melayang pada sebuah
peristiwa tepat setahun yang lalu. Di mana aku harus mengalami kecelakaan yang
mengakibatkan tanganku retak. Dan itu semua disebabkan oleh truk. Semenjak
peristiwa itu aku menjadi trauma dan sangat membenci truk. Bahkan aku hampir
parno jika harus menginjakkan kaki ke jalan raya. Baiklah, kita kembali lagi
pada kakek tadi. Melihat keadaan itu sontak perutku mual dan kepalaku pening.
Setelah itu semua menjadi gelap. Aku tak sadarkan diri.
Saat aku terjaga, mataku langsung
menangkap dinding putih. Hidungku
rasanya penuh bau seperti obat. Ya, aku sadar jika aku di rumah sakit.
Sekian detik aku lupa sebab mengapa aku bisa di situ. Sampai seorang kakek yang
sepertinya menungguku sadar sedari tadi menyapaku.
“Nduk, sudah sadar?” tanyanya. Aku menjawabnya dengan
senyum. Aku masih lemas dan pusing sehingga untuk bicara saja seakan tak mampu.
Aku mencoba me-replay apa yang terjadi tadi. namun belum sempat aku
menemukan jawabannya, semua kembali gelap. Lagi-lagi aku tak sadarkan diri.
Di alam bawah sadarku, aku merasa
terkoyak. Rasanya tubuhku sakit sekali. Ups, tunggu. Apa ini? Di dawah sana
terlihat lautan darah. Lama kelamaan semakin meluap. Merayap naik dari ujung
kaki dan kini sudah sampai pinggang. Baunya anyir. Aku tak tahan dan berenang
berusaha menyelamatkan diri. Namun tak ada seorang pun selain aku. Apa yang
sebenarnya terjadi?
Di sudut sana terlihat seberkas
cahaya. Mati-matian aku berenang menuju ke sana. Uh, darah itu sudah sampai
telinga. Entah berapa mili yang tak sengaja ku telan. Rasanya sungguh tak enak.
Akhirnya semeter lagi sampai. Namun yang membuat kaki-kakiku tiba-tiba kaku dan
tak sanggup melanjutkan berenang adalah saat seorang kakek di sudut terang tadi
adalah kakek yang kutemui di rumah sakit tersenyum dan berkata, “Selamat datang Lulu. Selamat datang di
batas ajalmu.”
Seketika rekaman kejadian itu muncul.
Dan ternyata tak hanya kakek itu yang menjadi korban. Tapi juga aku.
0 komentar:
Posting Komentar