Senin, 13 Mei 2013

INTERELASI NILAI JAWA DAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF EKONOMI


PEREKONOMIAN DI JAWA

PENDAHULUAN
Masyarakat Jawa memiliki kebudayaan yang khas dan berhubungan sangat erat. Dalam konteks Indonesia, kebudayaan Jawa merupakan salah satu kebudayaan lokal yang berpengaruh penting karena dimiliki oleh kelompok etnik terbesar di Indonesia. Nilai-nilai Islam memiliki arti penting bagi kebudayaan Jawa karena mayoritas masyarakat Jawa memeluk agama Islam. Sementara itu, persoalan ekonomi sebagai bagian dari realitas kehidupan masyarakat jawa cukup menarik untuk diperbincangkan.
Secara sederhana, ekonomi di artikan sebagai kegiatan manusia atau masyarakat untuk mempergunakan unsur-unsur produksi dengan sebaik-baiknya, guna maksud memenuhi pelbagai rupa kebutuhan. Oleh karena itu, proses ekonomi meliputi proses produksi barang dan jasa, penukarannya dan pembagiannya, antara golongan-golongan masyarakat dan pemakaiannya dalam kehidupan sehari-hari.

PERMASALAHAN
a.      Golek Pesugihan
b.      Slametan

PEMBAHASAN
a.    Golek Pesugihan
Setiap aspek kebudayaan di seluruh dunia pasti memiliki sisi gelap tersendiri. Kebudayaan Indonesia, khususnya kebudayaan Jawa penuh dengan nuansa mistik. Kebudayaan tradisional Jawa sangat dekat dengan klenik, takhayul, gugon-tuhon, dukun, pesugihan dan jampi-jampi. Salah satu kebudayaan Jawa tersebut yaitu pesugihan merupakan budaya yang sangat gelap. Orang-orang memberi sesaji kepada makhluk gaib tertentu, atau melakukan ritual tertentu, untuk memperoleh kekayaan yang melimpah ruah secara tidak wajar. Pesugihan berasal dari bahasa Jawa “sugih” yang berarti kaya. Pesugihan biasanya dikaitkan dengan kekuatan yang tidak manusiawi, dan menuntut pengorbanan, imbalan bahkan tumbal. Fenomena pesugihan mencerminkan keadaan nyata perekonomian bangsa Indonesia yang kurang memberi harapan bagi rakyat kecil. Kehidupan yang berada di bawah garis kemiskinan memaksa rakyat untuk mempercayai hal gaib seperti pohon-pohon besar, makam, patung dan hantu.
Mungkin sebagian ritual dan ideologi sekte aliran sesat ini terkait dengan ajaran Islam.  Namun, ajaran untuk mencari kekayaan berlimpah melalui pesugihan bertentangan dengan konsep keislaman. Perbuatan ini digolongkan sebagai syirik atau menyekutukan Allah yang dosanya tidak akan diberi pengampunan, karena termasuk dosa yang sangat besar. Dalam praktek pesugihan, terdapat kerjasama dan pemberian bantuan dari makhluk dunia lain semisal jin, setan dan lain-lain. Terdapat imbalan yang harus dibayar sebagai kompensasi hal yang telah diberikan. Sesajen, mantera, serta ritual khusus harus dilakukan demi sebuah kerjasama yang perlahan-lahan merusak keimanan terhadap Allah SWT. Pada zaman sekarang masih ada beberapa orang yang terjebak dan terpedaya oleh hal-hal yang tidak rasional dan tidak memakai logika. Sampai sekarang pesugihan semacam babi ngepet, nyupang, tuyul masih terus melekat pada kehidupan masyarakat Indonesia. Dari sisi historis, jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, dalam kultur masyarakat telah tertanam faham animisme dan dinamisme. Bahkan dalam proses penyebaran Islam, khususnya oleh para wali, budaya mistis tersebut tidak dilawan secara langsung. Tetapi justru dirangkul dan disinkronkan perlahan-perlahan, sehingga tidak lagi bertentangan dengan akidah keislaman.
Namun, tidak semua rakyat Indonesia bisa terlepas dari pengaruh dunia mistis yang terkait dengan makhluk tak kasat mata dari dunia lain tersebut. Kasus adanya sekte pesugihan di Tegal adalah salah satu bentuk nyata dari penyimpangan kepercayaan. Kasus ini hanyalah satu dari jenis praktek perdukunan, ajaran sesat, dan penyimpangan akidah yang sedang dan akan terus berlangsung. Kehidupan modern dewasa ini semakin keras dan memandang semua hal lewat materi seringkali membuat orang putus asa. Sifat hedonisme yang menjadi sifat bawaan manusia mengajarkan untuk mendapatkan kesenangan dan kekayaan tanpa harus berusaha keras seringkali mengalahkan akal sehat.Banyak rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan ingin mengubah nasibnya secara cepat. Pesugihan dapat maknai sebagai sebuah jalan keluar dari perasaan frustrasi, ketegangan dan keputusasaan akibat sulitnya mengubah nasib secara wajar di tengah persaingan hidup yang semakin keras.
Dalam kondisi psikis yang labil, manusia sangat mudah untuk dipengaruhi dan dimanipulasi oleh orang lain karena akal sehat tidak mampu bekerja dengan baik. Fenomena pesugihan juga dipengaruhi program-program misteri yang banyak ditayangkan di televisi swasta kita. Beberapa di antaranya secara terang-terangan menyajikan segala seluk-beluk tentang pesugihan, termasuk cara mendapatkannya. Acara-acara tersebut sangat berpotensi merusak mental masyarakat sehingga cenderung memposisikan makhluk gaib dari dunia lain lebih tinggi dari dirinya sendiri, bahkan lebih tinggi dari Tuhan. Akibatnya masyarakat kemudian mencari tempat berlindung, memohon dan meminta keselamatan, kebahagiaan serta rezeki di luar agama yang dianutnya.

b.    Slametan                                                                      
Dalam tradisi kejawan banyak dijumpai upacara-upacara ’selamatan’ dengan berbagai perlengkapan ‘ubo rampenya’. Jika diteliti dengan seksama maka upacara selamatan tersebut merupakan wujud dari suatu doa. Doa dengan sanepan alias perlambang. Doa bil isyaroh sebenarnya.
Yang dimaksudkan dengan doa bil isyarah adalah berdoa dengan diwujudkan dalam berbagai perlambang dan tingkah laku dalam kehidupan. Contoh yang nyata adalah orang bekerja. Bekerja pekerjaan apa saja, tentu pekerjaan yang baik dalam arti yang sebenarnya. Dalam bahasa agama disebut dengan terminologi pekerjaan yang halal. Bekerja jika diniati yang benar maka merupakan suatu perwujudan dari doa dengan perbuatan nyata.
Dalam tradisi Jawa banyak kita jumpai upacara-upacara adat yang sebenarnya merupakan doa bil isyarah, doa dengan wujud perlambang atau sanepan. Misalnya ketika ada orang hajatan ‘mantenan’ (mengawinkan) anaknya misalnya. Bagi orang Jawa maka tidak akan ketinggalan pasti ada daun janur, daun beringin dan juga batang tebu. Itu semua merupakan ungkapan doa dan harapan kepada Allah swt.
Janur di’kirotobosokan’ dengan kata ‘ngejan-ngejan’ (arep-arep=berharap) sedangkan nur artinya cahaya. Maknanya berharap akan kemuliaan yang merupakan berkah dari Ilahi kepada pengantin berdua. Janur juga sebagai simbol kelapa, dalam hal ini cengkir yang berarti ngencengke pikir atau membulatkan tekad. Artinya bagi mempelai berdua diharapkan untuk membulatkan tekad untuk mengarungi kehidupan baru. Tebu dimaknai antebing kalbu. Artinya juga sama, ketekadan yang bulat.
Contoh lainnya adalah selamatan mitoni atau ningkebi orang hamil. Secara umum selamatan mitoni atau ningkebi orang hamil dilaksanakan ketika kehamilan sudah menginjak usia tujuh bulan. Persediaan yang harus ada adalah tumpeng, procot, bubur merah putih atau disebut bubur sengkolo, sego (nasi) golong, rujak sepet (dari sepet sabut kelapa muda), cengkir gading dll.
Semua ‘ubo rampe’ tersebut juga merupakan doa bil isyaroh, doa dengan perlambang. Perlambang-perlambang itu antara lain sebagai berikut :
Tumpeng. Tumpeng atau buceng merupakan nasi yang dibentuk menyerupai kerucut, membentuk seakan-akan gunung kecil. Ini merupakan lambang permohonan keselamatan. Bagi masyarakat Jawa gunung melambangkan kekokohan, kekuatan dan keselamatan.
Procot. Sejenis penganan terbuat dai ketan yang dibungkus daun pisang bulat memanjang. Dinamakan dengan procot dengan harapan lahirnya si bayi kelak procat-procot, mudah maksudnya.
Bubur sengkolo. Bubur sengkolo itu merupakan bubur dengan warna merah dan putih. Merupakan lambang dari bibit asal-muasal kejadian manusia selepas Bapa Adam dan Ibu Hawa, yaitu diciptakan Allah melalui perantaraan darah merah dan darah putih dari ibu bapak kita. Harapan dari bubur sengkolo adalah mudah-mudahan yang punya hajad itu ‘kalis ing sambikolo’ terlepas dari segala aral bahaya, baik bayinya maupun keluarganya.
Sego atau nasi golong. sego golong merupakan doa agar rejekinya ‘golong-golong’ artinya banyak berlimpah ruah.
Rujak. Dari kirotobosonya menimbulkan arti ’saru yen diajak’ artinya tidak patut lagi kalau si istri yang lagi hamil tua itu diajak ‘ajimak-saresmi’ lagi demi menjaga si jabang bayi dalam kandungan.
Cengkir. Ngencengake pikir artinya membulatkan tekad untuk kelak menyambut kehadiran sang anak yang merupakan ‘titipan Ilahi’. Yaitu tekad untuk memelihara dan mendidik hingga menjadi anak yang berbudi pekeri luhur.

KESIMPULAN
Penghayatan terhadap nilai-nilai luhur yang merujuk pada kebudayaan Jawa, khususnya ekonomi, dapat dikatakan  merupakan salah satu cara menjiwai nilai-nilai ekonomi yang terkandung dalam ajaran Islam. Namun, memang harus dipertegas bahwa peresapan nilai-nilai isalm ke dalam lapisan inti kebudayaan Jawa belum berakhir. Islam di Jawa adalah proses islamisasi yang belum ideal, tetapi merupakan proses yang sedang menuju ke titik terdekat dengan Islam yang Islami (bukan Islam yang Njawani).
Sedikit tentang berbagai tradisi yang masih hidup pada masyarakat Jawa. Semua itu ternyata merupakan doa dengan kiasan perlambang atau doa bil isyarah. Jadi jangan cepat-cepat memfonis tahayul dan sebagainya. Karena para leluhur Jawa dahulu memang penuh kehalusan dalam ‘pasemon’ untuk mengungkapkan isi hati. Dari sifat itulah yang kemudian banyak menghasilkan berbagai hasil budaya yang adiluhung misalnya karya batik, wayang kulit, berbagai tembang dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Amin Darori, H.M.  MA. Islam dan Budaya Jawa, Gama Media, Yogyakarta, 2000, Cet I.
Prawiranegara, Sjafruddin. Sistem Ekonomi Islam, Jakarta,1967.



Kode Smiley Untuk Komentar


:a   :b   :c   :d   :e   :f   :g   :h   :i   :j   :k   :l   :m